NASA telah melakukan berbagai penelitian yang sangat penting baik di Bumi maupun di luar angkasa, dan hasil dari penelitian ini semakin relevan seiring dengan meningkatnya minat eksplorasi luar angkasa, khususnya oleh perusahaan-perusahaan swasta seperti SpaceX dan Blue Origin. Selain membangun Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS), NASA juga mengeksplorasi bagaimana perjalanan singkat ke luar angkasa dapat mengubah biologi manusia, yang termasuk pengaruhnya terhadap genom kita.
Perubahan DNA yang Cepat di Ruang Angkasa
Salah satu penelitian menarik yang dilakukan oleh Susan Bailey, seorang profesor di Colorado State University, adalah pada misi Inspiration4 yang diluncurkan pada tahun 2021. Penelitian ini berfokus pada telomer, yaitu bagian dari DNA yang berfungsi melindungi ujung kromosom dari kerusakan. Telomer ini dapat dianggap sebagai "ujung plastik yang menjaga tali sepatu dari kerusakan". Menariknya, telomer dari semua anggota tim Inspiration4 mengalami peningkatan panjang saat berada di luar angkasa. Namun, setelah kembali ke Bumi tiga hari kemudian, panjang telomer ini kembali berkurang.
Penelitian ini mirip dengan eksperimen yang dilakukan terhadap astronaut Scott Kelly, yang tinggal di ISS selama satu tahun. Dalam studi ini, sepanjang waktu di luar angkasa, telomer Kelly juga bertambah panjang, tetapi ketika dia kembali ke Bumi, telomernya menyusut dengan signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan pada panjang telomer dapat terjadi hampir seketika hanya dalam waktu singkat di ruang angkasa.
Studi Kembar dan Pengaruh di Ketinggian
Bailey juga terlibat dalam penelitian lain yang melibatkan Scott Kelly dan kembarannya yang tinggal di Bumi. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 ini menghasilkan data yang menarik mengenai perubahan telomer. Saat Kelly berada di ISS, telomernya yang awalnya sudah pendek justru bertambah panjang, tetapi saat kembali, telomer tersebut menyusut drastis.
Penelitian serupa juga dilakukan terhadap pendaki gunung di Everest, yang menunjukkan pola yang mirip. Pendaki yang mengalami kondisi ekstrem di ketinggian tinggi mengalami pertumbuhan telomer, sementara kembarannya yang tetap di ketinggian lebih rendah tidak mengalami perubahan signifikan pada panjang telomer. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa faktor eksternal seperti tekanan atmosfer dan mungkin paparan radiasi yang lebih tinggi di ketinggian dapat memengaruhi telomer.
Mengapa Panjang Telomer Itu Penting?
Secara alami, telomer akan semakin pendek seiring bertambahnya usia, dan banyak faktor seperti stres, peradangan, dan gaya hidup dapat mempercepat proses ini. Pengetahuan mengenai panjang telomer bukan hanya penting untuk pemahaman kesehatan individu, tetapi juga sebagai indikator potensi risiko bagi penyakit serius seperti kanker dan demensia. Penelitian terhadap kelompok astronaut dan pendaki gunung menunjukkan pengaruh negatif dari tekanan ekstrem terhadap kesehatan sel.
Kajian yang dilakukan oleh tim Bailey juga mengungkapkan bahwa pengaruh terhadap panjang telomer bukan hanya disebabkan oleh kurangnya gaya gravitasi. Justru, paparan radiasi di luar atmosfer Bumi yang lebih besar diduga menjadi penyebab utama. Hal ini juga mengindikasikan bahwa riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana tubuh manusia dapat lebih baik beradaptasi dalam kehidupan luar angkasa, termasuk kemungkinan kolonisasi planet lain di masa depan.
Penanganan dan Pemahaman tentang Paparan Radiasi
Paparan radiasi di luar angkasa menjadi salah satu tantangan terbesar bagi astronaut. Tanpa atmosfer Bumi sebagai pelindung, astronaut terpapar radiasi kosmik lebih banyak, yang bisa memengaruhi kesehatan jangka panjang. Meskipun data mengenai dampak radiasi terhadap telomer terus menambah pemahaman kita, masih banyak yang perlu dipelajari mengenai bagaimana paparan ini dapat memengaruhi tidak hanya telomer tetapi juga berbagai aspek kesehatan lainnya.
Dampak Kesehatan Jangka Panjang dari Perjalanan ke Luar Angkasa
Penelitian terhadap astronaut memberi kita wawasan yang berharga tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dalam kondisi yang ekstrem. Hasil dari penelitian ini sangat penting, terutama ketika memikirkan kemungkinan perjalanan jauh ke planet lain yang memerlukan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Para ilmuwan sangat prihatin dengan dampak jangka panjang dari radiasi, perubahan gravitasi, dan kondisi kehidupan di luar Bumi terhadap kesehatan fisik dan mental astronaut.
Sebagai kesimpulan, perjalanan singkat ke luar angkasa dapat memberikan dampak signifikan pada biologi manusia, terutama dalam aspek telomer dan kemungkinan risiko kesehatan. Penelitian di bidang ini akan menjadi semakin krusial ketika kita melangkah menuju era baru eksplorasi ruang angkasa di mana pengetahuan ini dapat membantu mempersiapkan manusia untuk mengatasi tantangan kesehatan di luar planet Bumi. Ke depan, pemahaman yang lebih baik akan memungkinkan para peneliti untuk merancang strategi yang lebih efektif untuk melindungi astronaut dan mendorong keberhasilan misi luar angkasa di masa mendatang.