Ketika kita berbicara tentang luar angkasa, banyak dari kita mungkin membayangkan keindahan bintang-bintang dan planet yang bersinar. Namun, di balik pemandangan menakjubkan tersebut, ada ancaman serius yang sering kali diabaikan: Puing-puing luar angkasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan space junk. Ini adalah isu yang memiliki dampak luas, terutama bagi satelit yang menopang infrastruktur komunikasi dan sistem navigasi kita.
Space Junk: Ancaman Nyata di Angkasa
Space junk terdiri dari berbagai macam benda yang tersisa dari misi luar angkasa, seperti satelit yang sudah tidak aktif, roket yang tidak terpakai, dan potongan kecil dari objek yang telah hancur. Dalam orbit Bumi terdapat sekitar 34.000 potong puing yang memiliki ukuran lebih dari 10 cm, serta ribuan potongan lebih kecil yang berisiko menghancurkan satelit dan wahana antariksa. Pada kecepatan yang mencapai 28.000 km/jam, bahkan potongan kecil ini dapat menyebabkan kerusakan parah.
Ancaman Terhadap Stasiun Luar Angkasa Internasional
Masalah ini tidak hanya bersifat teoritis. Beberapa insiden menunjukkan betapa dekatnya kita dengan bencana yang disebabkan oleh space junk. Salah satu insiden paling menegangkan terjadi pada November 2021, ketika tim yang berada di International Space Station (ISS) terpaksa melakukan manuver untuk menghindari puing dari satelit cuaca Fengyun-1C yang hancur. Satelit ini dihancurkan oleh pemerintah Tiongkok pada 2007, dan hasilnya menciptakan sekitar 3.500 potongan puing yang berpotensi berbahaya bagi ISS.
Runtuhnya Satelit Rusia di 2024
Tidak hanya itu, pada Juni 2024, ISS kembali menghadapi risiko ketika sebuah satelit Rusia yang sudah tidak berfungsi, RESURS-P1, hancur dalam orbit, menghasilkan sekitar 100 potongan puing. Enam astronot terpaksa berlindung di dalam kapsul mereka selama satu jam, berharap tidak ada puing yang menembus dinding stasiun. Insiden ini menunjukkan betapa rentannya kehidupan dan keselamatan di luar angkasa akibat puing-puing tersebut.
Bahaya untuk Satelit Militer
Puing-puing tersebut juga tidak hanya mengancam misi-misi sipil. Pada 2023, sebuah insiden dilakukan oleh badan roket Soviet yang hampir menyebabkan tabrakan dengan satelit militer. Saat puing-puing ini pecah, mereka menciptakan jalur yang lebih sulit dilacak, sehingga meningkatkan risiko tabrakan yang dapat menciptakan awan puing berbahaya bagi semua objek lain di orbit. LeoLabs memperingatkan bahwa kolisi semacam ini adalah "skenario terburuk", yang bisa menyebabkan kerusakan luas.
Dampak pada Permukaan Bumi
Selain mengancam kendaraan luar angkasa, space junk juga bisa berbahaya saat jatuh ke permukaan Bumi. Maret 2024, sebuah insiden tak terduga terjadi ketika sebuah potongan puing dari ISS jatuh menimpa rumah seorang pria di Naples, Florida. Untungnya, meski kerusakan parah terjadi pada rumah tersebut, anaknya selamat dari insiden yang mengerikan ini. Banyak orang tidak menyadari bahwa meskipun kecil kemungkinan seseorang terpengaruh oleh puing luar angkasa, setiap insiden yang terjadi merangkum risiko yang nyata.
Insiden Dekat di Atmosfer
Lalu ada insiden lain di Februari 2024, di mana satelit Cosmos 2221 dari Rusia hampir menabrak misi NASA TIMED. Dengan jarak hanya 10 meter antara kedua objek tersebut, para ilmuwan NASA menggambarkan situasi ini sebagai "terlalu dekat untuk nyaman". Dampak dari tabrakan ini jika terjadi bisa sangat destruktif, menciptakan area pencemaran ruang yang lebih luas.
Keseluruhan insiden ini menunjukkan bahwa puing-puing luar angkasa bukanlah masalah sepele. Setiap objek yang tidak berfungsi di ruang angkasa meningkatkan risiko kolisi yang dapat mengakibatkan kerugian besar, baik bagi misi ilmiah maupun untuk infrastruktur kita di Bumi. Tuntutan untuk mengatasi dan mengurangi space junk semakin mendesak, dan solusi untuk mengelola puing-puing ini menjadi penting bagi keberlanjutan eksplorasi luar angkasa di masa depan.
Insiden-inisiden ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa mengelola puing-puing luar angkasa adalah tanggung jawab global. Kita harus terus mencari cara untuk melindungi ruang angkasa dari pencemaran lebih lanjut dan menjaga keamanan bagi semua misi di masa mendatang.